keluarga muslim menurut Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 6 dan Asy-Syu'ara ayat 214 terdiri dari pendidikan keimanan, pendidikan nasehat, pendidikan keteladanan, serta pendidikan hukuman dan ganjaran. Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan; demikianlah menurut keterangan hadis yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Peringatkanlah keluarga dekatmu akan azab akibat kemusyrikan dan kemaksiatan. Kemudian peringatkanlah mereka yang hubungan keluarganya lebih jauh, dan begitu seterusnya. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi-Nya mengerjakan sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya, maka Dia memerintahkan untuk menyempurnakan orang lain. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib, di mana mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan Beliau dan paling berhak mendapatkan ihsan baik dari sisi agama maupun dunia. Hal ini tidaklah menafikan untuk memberikan peringatan kepada semua manusia, seperti halnya ketika seseorang diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada semua manusia, lalu diperintahkan pula kepadanya untuk berbuat ihsan kepada kerabatnya, maka yang ini adalah lebih khusus yang menunjukkan penekanan dan memiliki hak lebih. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perintah itu, Beliau berdakwah baik kepada masyarakat umum maupun kepada kerabat-kerabat-kerabat Beliau, mengingatkan dan menasehati mereka tanpa kenal lelah, dan bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang dapat selamat dari azab Allah kecuali dengan beriman kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memerintahkan agar Beliau berendah diri kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan barang siapa yang mendurhakai Beliau siapa pun orangnya, maka hendaklah Beliau berlepas diri dari perbuatannya, dan dengan tetap menasehati mereka serta berusaha mengajak mereka kembali dan bertobat. Sikap berlepas diri dari perbuatannya adalah untuk menolak anggapan bahwa perintah merendahkan diri kepada orang-orang mukmin, menghendaki seseorang untuk bersikap ridha terhadap segala yang muncul dari mereka selama mereka mukmin, bahkan tidak demikian. Hal itu, karena dalam masalah wala’ setia dan bara’ berlepas diri ada tiga golongan
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, Quran; Doa; Cerita Hikmah; Tilawah Per Ayat; Mushaf Madina; Fatwa DSN; Kerja Sama; Donasi; Surat Asy-Syu'ara' Ayat 214. وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Jika mereka mendurhakaimu yakni kerabat-kerabat terdekatmu itu maka katakanlah kepada mereka; "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan" tentang penyembahan kalian kepada selain Allah itu. Jika mereka, ternyata, tetap mendurhakai dan tidak mematuhimu, maka bebaskanlah dirimu dari mereka dan dari perbuatan-perbuatan mereka seperti kemusyrikan dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Yaitu kemaksiatan yang kamu lakukan.

Al-Qur'an Surat Asy-Syuara Ayat ke-109 dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Asy-Syu'ara' Ayat 109. Arti Muamalah adalah Hubungan Antar Sesama Manusia, Ini Jenis dan Tujuannya. 27 Lokasi Sholat Idul Adha 28 Juni 2023 yang Digelar Muhammadiyah di Jakarta.
Wislahcom Referensi Surah Asy-Syuara Ayat 214-216 Bacaan Terjemah Mufradat Isi Kandungan وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فَاِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ Baca Juga Ayat Ayat Al Quran Tentang Cobaan Terjemah Surah Asy-Syuara Ayat 214-216 Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”; Baca Juga Ayat Ayat Al Quran Tentang Cinta, Jodoh dan Pernikahan Mufradat Surah Asy-Syuara Ayat 214-216 yaitu orang-orang yang berimanمِنَ الْمُؤْمِنِيْنَdan berilah peringatanوَاَنْذِرْ jika mereka mendurhakaimuفَاِنْ عَصَوْكَkepada kerabat-kerabatmuعَشِيْرَتَكَmaka Katakanlahفَقُلْyang terdekat. الْاَقْرَبِيْنَsesungguhnya aku tidak bertanggung jawabاِنِّيْ بَرِيْۤءٌdan rendahkanlah dirimuوَاخْفِضْ جَنَاحَكَapa yang kamu kerjakanمِّمَّا تَعْمَلُوْنَterhadap orang-orang yang mengikutimuلِمَنِ اتَّبَعَكَ Isi Kandungan Surah Asy-Syuara Ayat 214-216 Ayat tersebut menggambarkan bahwa strategi yang dilakukan Rasul saat melakukan dakwahnya pertama kali adalah dengan strategi tertutup, tersembunyi dan untuk kalangan terbatas, yaitu keluarga dan kerabat dekat. Memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat tanpa pilih kasih, dan merendahkan diri dengan memperlihatkan sikap lemah lembut dan rendah hati orang-orang mukmin baik dari keluarga, kerabat maupun orang-orang mukmin yang telah mengikuti ajakkannya. Pada ayat 214 Allah Swt memerintahkan kepada Rasul agar memberi peringatan kepada keluarga dan kerabat serta para sahabat. Sekalipun ayat 214 ini tidak dijelaskan apa isi dan bentuk peringatannya. Akan tetapi ulama telah menjelaskan bahwa kewajiban Rasul adalah memberikan peringatan manakala ada dari keluarga, kerabat atau sahabat yang dalam perilakunya tidak sesuai dengan visi dan misi kenabian Muhammad Saw. Namun, bagaimana cara Rasulullah dalam menyampaikan peringatkan itu telah dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu ayat 215. Baca Juga Ayat Ayat Al Quran Tentang Cinta Beda Agama Pada ayat 215 Allah Swt hendak mengajari Rasulullah Saw, cara memberi peringatkan agar sampai pada tujuan. Yaitu dengan cara merendahkan hati, tidak sombong, tidak terkesan menggurui dan selalu menonjolkan akhlak-akhlak yang mulia. Sementara ayat 216 merupakan ayat yang menghibur Rasulullah Saw manakala dari keluarga, kerabat maupun para sahabat yang tidak mau atau enggan mengikuti nasehat Rasul. Rasulullah tidak terbebani oleh kedurhakaan mereka. Termasuk, saat mereka masuk neraka. Tugas seorang Rasul adalah menyampaikan perintah dan larangan Allah. Iman atau tetap durhaka terhadap peringatan Rasul Saw merupakan faktor hidayah dari Allah Swt. Sebagai contoh, Nabi Saw tidak dapat memaksa walau telah dimohonkan kepada Allah Swt agar pamanya, Abu Ʈhalib, beriman mengikuti jejaknya. Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada kerabat dan teman-teman dekatnya. Sebagaimana surah asy-Syu’ara ayat 214-216 menjelaskan tentang strategi dakwah secara terselubung dan tidak ekspansif. Dalam konteks inilah, Ibnu Isḥaq menjelaskan bahwa setelah banyak orang yang masuk Islam, baik laki-laki maupun wanita, sehingga Islam mulai mendapatkan perhatian di seluruh Makkah, merekapun masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah Saw menemui mereka dan mengajarkan agama secara rahasia kepada masing-masing pribadi. Baca Juga Ayat Ayat Al Quran Tentang Berpikir Kritis Related postsKunci Jawaban Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Kelas 11 SMA, MA, SMK Halaman 42 Kurikulum MerdekaCara Jualan OnlineSEO Google LengkapBacklink GratisReinforcement Learning from Human Feedback RLHF Apa, Tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 SMP, MTS Halaman 45, 46 Kurikulum Merdeka Surat ini pun menjadi bagian dari surat Al-Mi'un atau surat yang memiliki lebih dari seratus ayat di Al-Qur'an. Diwahyukan di kota Makkah, yuk, cari tahu arti, kandungan, dan keutamaan surat Asy-Syu'ara ayat 201-214 berikut ini. 1. Surat Asy-Syu'ara ayat 201-214 beserta artinya. Termaktub dalam Al-Qur'an juz 19, inilah bacaan arab, bahasa وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ Arab-Latin Wa anżir 'asyīratakal-aqrabīnArtinya Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, Asy-Syu'ara 213 ✵ Asy-Syu'ara 215 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Penting Berkaitan Surat Asy-Syu’ara Ayat 214 Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syu’ara Ayat 214 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai hikmah penting dari ayat ini. Terdokumentasi pelbagai penafsiran dari banyak mufassirin berkaitan isi surat Asy-Syu’ara ayat 214, di antaranya sebagaimana berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaDan peringatlkanlah wahai rasul kerabatmu yang paling dekat dan kerabat dekatmu selanjutnya dari kaummu dari siksaan Kami yang akan menimpa mereka.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram214. Dan berilah peringatan -wahai Rasul- kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat agar mereka tidak ditimpa azab Allah bila mereka tetap berpegang teguh dengan kesyirikan,📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah214. وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat Setelah ayat ini turun, Rasulullah menyeru Bani Quraisy, kemudian mereka berkumpul, lalu Rasulullah memperingatkan mereka secara umum dan secara dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah214. Berilah peringatan kepada kerabat-kerabat terdekatmu. Kerabat yang paling dekat, kemudian setelahnya, yaitu Bani Hasyim dan Mutallib. Khususkanlah untuk memberi peringatan terhadap mereka. Ayat ini turun ketika Nabi menyeru suku Quraisy, kemudian mereka berkumpul. Kemudian dimulai menyeru kepada kerabat terdekat terlebih dahulu kemudian umum, kemudian baru memberi peringatan kepada mereka. Dimulai dari keluarga, namun itu sulit bagi muslimin, sehingga Allah menurunkan ayat 215.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahPeringatkanlah keluargamu} kafilahmu {yang terdekat📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H214 setelah Allah memerintahnya berkenaan dengan perkara yang di dalamnya terkandung kesempurnaan dirinya, maka disini Allah memerintahnya untuk menyempurnakan orang lain, seraya berfirman,”dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” yaitu manusia yang paling dekat kepadamu dan paling berhak untuk mendapatkan kebaikan agama dan dunia darimu. Perintah ini sama seklai tidak menafikan perintah untuk memberikan peringatan kepada seluruh manusia, sebagaimana halnya kalau seseorang diperintah untuk berbuat baik secara umum, lalu dikatakan kepadanya,”berbuat baiklah kepada kerabat dekatmu,” maka kekhususan ini menjadi petunjuk atas penekanan dan tambahan anjuran. Maka nabi pun mematuhi perintah ilahi ini, lalu beliau menyeru seluruh tokoh-tokoh utama qabalah quraisy. Maka beliaupun menjelaskan secara umum dan secara khusus, beliau memberikan pelajaran dan nasihat kepada mereka. Nabi tidak menyisakan sedikitpun drai nasihat dan bimbingan yang mampu beliau berikan melainkan pasti beliau melakukannya. Maka ada di antara mereka yang menerima hidayah dan ada pula yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Asy-Syu’ara ayat 214 Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi-Nya mengerjakan sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya, maka Dia memerintahkan untuk menyempurnakan orang lain. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib, di mana mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan Beliau dan paling berhak mendapatkan ihsan baik dari sisi agama maupun dunia. Hal ini tidaklah menafikan untuk memberikan peringatan kepada semua manusia, seperti halnya ketika seseorang diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada semua manusia, lalu diperintahkan pula kepadanya untuk berbuat ihsan kepada kerabatnya, maka yang ini adalah lebih khusus yang menunjukkan penekanan dan memiliki hak lebih. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perintah itu, Beliau berdakwah baik kepada masyarakat umum maupun kepada kerabat-kerabat-kerabat Beliau, mengingatkan dan menasehati mereka tanpa kenal lelah, dan bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang dapat selamat dari azab Allah kecuali dengan beriman kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memerintahkan agar Beliau berendah diri kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan barang siapa yang mendurhakai Beliau siapa pun orangnya, maka hendaklah Beliau berlepas diri dari perbuatannya, dan dengan tetap menasehati mereka serta berusaha mengajak mereka kembali dan bertobat. Sikap berlepas diri dari perbuatannya adalah untuk menolak anggapan bahwa perintah merendahkan diri kepada orang-orang mukmin, menghendaki seseorang untuk bersikap ridha terhadap segala yang muncul dari mereka selama mereka mukmin, bahkan tidak demikian. Hal itu, karena dalam masalah wala’ setia dan bara’ berlepas diri ada tiga golongan 1. Orang-orang yang diberikan wala’ murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih. Terdepannya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian istri-istrinya ummahaatul mukminin, ahli baitnya yang baik dan para sahabatnya yang mulia. Kemudian dari kalangan para tabi’in dan orang-orang yang hidup pada abad-abad yang utama, generasi pertama ummat ini dan para imamnya seperti imam yang empat Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. 2. Orang-orang yang diberi baraa’ murni tanpa ada rasa cinta. Mereka adalah kaum kafir baik dari kalangan, orang-orang musyrik, orang-orang munafik, orang-orang murtad dan orang-orang atheis dan lainnya dengan berbagai macamnya. 3. Orang-orang yang diberi wala' dari satu sisi dan diberi bara' dari sisi lain Yakni wala’ dan bara’ berkumpul padanya, mereka adalah kaum mukminin yang berbuat maksiat. Mencintai mereka, karena mereka masih memiliki iman, dan membenci mereka karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah kufur dan syirk. Membenci mukmin yang berbuat maksiat tidaklah sama dengan membenci orang kafir dan memusuhinya, dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Umar bin Al Khaththab أَنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَاللَّهِ وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللَّهِ وَكَانَ النَّبِيُّ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ اللَّهُمَّ الْعَنْهُ مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ لَا تَلْعَنُوهُ فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ “Ada seseorang di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bernama Abdullah, ia digelari “keledai”, ia sering membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menderanya karena ia meminum khamr, suatu ketika ia dihadapkan lagi karena meminum khamr, lalu Beliau memerintahkan mendera lagi, lalu didera lagi. Kemudian salah seorang yang hadir ada yang mengatakan, “Ya Allah, laknatlah dia, banyak sekali ia melakukannya.” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Janganlah melaknatnya, demi Allah, apa kamu tidak tahu bahwa ia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya” Rasa cinta kepada mereka mengharuskan kita menasehati mereka dan mengingkari mereka. Oleh karena itu, tidak boleh diam terhadap maksiat mereka, bahkan tetap diingkari, dinasehati dan diaak bertobat, disuruhnya mengerjakan yang ma’ruf dan dicegahnya dari yang mungkar, ditegakkan hukuman sampai mereka mau berhenti dan bertobat dari maksiatnya. Akan tetapi, kita tidak membenci mereka dengan kebencian murni seperti halnya orang-orang khawaarij.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syu’ara Ayat 214214. Dan berilah peringatan, wahai rasul, kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, janganlah mereka menyekutukan Allah, dan ajaklah mereka ke jalan yang benar. Keluarga adalah lingkaran pertama yang harus menjadi prioritas dakwah. Mengandalkan unsur kekerabatan tidak bisa menolong dari siksa Allah jika mereka masih tetap berbuat syirik. 215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Jangan kamu bertindak kasar terhadap mereka, karena mereka akan lari darimu, padahal mereka adalah pembantumu yang utama dalam berdakwah. Perjalanan dakwah tidak selamanya mulus. Ada banyak rintangan, antara lain pembelotan dari dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian beragam penjelasan dari berbagai ulama tafsir terhadap kandungan dan arti surat Asy-Syu’ara ayat 214 arab-latin dan artinya, moga-moga membawa manfaat bagi kita. Bantu dakwah kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Link Sering Dicari Tersedia berbagai topik yang sering dicari, seperti surat/ayat Al-Ahzab 21, Ali Imran 134, Al-Infithar, Al-Isra 1, Al-Baqarah 30, Ali Imran 133. Ada juga Al-Jumu’ah 9, Al-Baqarah 2, Ar-Ra’d, Al-Baqarah 186, Az-Zariyat 56, Al-Isra 23-24. Al-Ahzab 21Ali Imran 134Al-InfitharAl-Isra 1Al-Baqarah 30Ali Imran 133Al-Jumu’ah 9Al-Baqarah 2Ar-Ra’dAl-Baqarah 186Az-Zariyat 56Al-Isra 23-24 Pencarian ayat al baqarah 255, surat al waqiah indonesia, al imran 77, annisa surat ke, surat Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۗ اَلَا يَتَّقُوْنَ 11. 11. (yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?". Baca Ayat Selanjutnya. { {description}} 26. QS. Asy-Syu'ara' Penyair 227 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ طٰسٓمّٓ‏ Taa-Siiin-Miiim 1. Tha Sin Mim تِلۡكَ اٰيٰتُ الۡكِتٰبِ الۡمُبِيۡنِ‏ Tilka Aayaatul Kitaabil Mubiin 2. Inilah ayat-ayat Kitab Al-Qur'an yang jelas. لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّـفۡسَكَ اَلَّا يَكُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِيۡنَ‏ La'allaka baakhi'un nafsaka allaa yakuunuu mu'miniin 3. Boleh jadi engkau Muhammad akan membinasakan dirimu dengan kesedihan, karena mereka penduduk Mekah tidak beriman. اِنۡ نَّشَاۡ نُنَزِّلۡ عَلَيۡهِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ اٰيَةً فَظَلَّتۡ اَعۡنَاقُهُمۡ لَهَا خٰضِعِيۡنَ‏ In nashaa nunazzil 'alaihim minas samaaa'i Aayatan fazallat a'naaquhum lahaa khaadi'iin 4. Jika Kami menghendaki, niscaya Kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit, yang akan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya. وَمَا يَاۡتِيۡهِمۡ مِّنۡ ذِكۡرٍ مِّنَ الرَّحۡمٰنِ مُحۡدَثٍ اِلَّا كَانُوۡا عَنۡهُ مُعۡرِضِيۡنَ‏ Wa maa yaatiihim min zikrim minar Rahmaani muhdasin illaa kaanuu 'anhu mu'ridiin 5. Dan setiap kali disampaikan kepada mereka suatu peringatan baru ayat Al-Qur'an yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, mereka selalu berpaling darinya. فَقَدۡ كَذَّبُوۡا فَسَيَاۡتِيۡهِمۡ اَنۡۢـبٰٓــؤُا مَا كَانُوۡا بِهٖ يَسۡتَهۡزِءُوۡنَ‏  Faqad kazzabuu fasa yaatiihim ambaaa'u maa kaanuu bihii yastahzi'uun 6. Sungguh, mereka telah mendustakan Al-Qur'an, maka kelak akan datang kepada mereka kebenaran berita-berita mengenai apa azab yang dulu mereka perolok-olokkan. اَوَلَمۡ يَرَوۡا اِلَى الۡاَرۡضِ كَمۡ اَنۡۢبَتۡنَا فِيۡهَا مِنۡ كُلِّ زَوۡجٍ كَرِيۡمٍ‏ Awa lam yaraw ilal ardi kam ambatnaa fiihaa min kulli zawjin kariim 7. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيَةً​ ؕ وَّمَا كَانَ اَكۡثَرُهُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ‏ Inn fii zaalika la Aayah; wa maa kaana aksaruhum mu'miniin 8. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الرَّحِيۡمُ‏ Wa inna Rabbaka la Huwal 'Aziizur Rahiim 9. Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang. وَاِذۡ نَادٰى رَبُّكَ مُوۡسٰۤى اَنِ ائۡتِ الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِيۡنَۙ‏ Wa iz naadaa Rabbuka Muusaaa ani'-til qawmaz zaalimiin 10. Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa dengan firman-Nya, "Datangilah kaum yang zhalim itu, قَوۡمَ فِرۡعَوۡنَ​ؕ اَلَا يَتَّقُوۡنَ​‏ Qawma Fir'awn; alaa yattaquun 11. yaitu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa?" قَالَ رَبِّ اِنِّىۡۤ اَخَافُ اَنۡ يُّكَذِّبُوۡنِؕ‏ Qoola Rabbi inniii akhaafu ai yukazzibuun 12. Dia Musa berkata, "Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakan aku, وَيَضِيۡقُ صَدۡرِىۡ وَلَا يَنۡطَلِقُ لِسَانِىۡ فَاَرۡسِلۡ اِلٰى هٰرُوۡنَ‏  Wa yadiiqu sadrii wa laa yantaliqu lisaanii fa arsil ilaa Haaruun 13. sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun bersamaku. وَلَهُمۡ عَلَىَّ ذَنۡۢبٌ فَاَخَافُ اَنۡ يَّقۡتُلُوۡنِ​ۚ‏ Wa lahum 'alaiya zambun fa akhaafu ai yaqtuluun 14. Sebab aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku." قَالَ كَلَّا​ ۚ فَاذۡهَبَا بِاٰيٰتِنَآ​ اِنَّا مَعَكُمۡ مُّسۡتَمِعُوۡنَ‏  Qoola kallaa fazhabaa bi Aayaatinaaa innaa ma'akum mustami'uun 15. Allah berfirman, "Jangan takut mereka tidak akan dapat membunuhmu! Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami mukjizat-mukjizat; sungguh, Kami bersamamu mendengarkan apa yang mereka katakan, فَاۡتِيَا فِرۡعَوۡنَ فَقُوۡلَاۤ اِنَّا رَسُوۡلُ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ‏ Faatiyaa Fir'awna faquulaaa innaa Rasuulu Rabbil 'aalamiin 16. maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakan, "Sesungguhnya kami adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam, اَنۡ اَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ ؕ‏ An arsil ma'anaa Baniii Israaa'iil 17. lepaskanlah Bani Israil pergi bersama kami." قَالَ اَلَمۡ نُرَبِّكَ فِيۡنَا وَلِيۡدًا وَّلَبِثۡتَ فِيۡنَا مِنۡ عُمُرِكَ سِنِيۡنَۙ‏ Qoola alam nurabbika fiinaa waliidanw wa labista fiinaa min 'umurika siniin 18. Dia Firaun menjawab, "Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan keluarga kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. وَفَعَلۡتَ فَعۡلَتَكَ الَّتِىۡ فَعَلۡتَ وَاَنۡتَ مِنَ الۡكٰفِرِيۡنَ‏ Wa fa'alta fa'latakal latii fa'alta wa anta minal kaafiriin 19. Dan engkau Musa telah melakukan kesalahan dari perbuatan yang telah engkau lakukan dan engkau termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih." قَالَ فَعَلۡتُهَاۤ اِذًا وَّاَنَا مِنَ الضَّآلِّيۡنَؕ‏ Qoola fa'altuhaaa izanw wa ana minad daaaliin 20. Dia Musa berkata, "Aku telah melakukannya, dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf. Asy-Syura (Musyawarah) 53 ayat. 1. Ha Mim. 2. Ain Sin Qaf. 3. Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana mewahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang yang sebelummu. 4. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ Arab-Latin Fa in 'aṣauka fa qul innī barī`um mimmā ta'malụnArtinya Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"; Asy-Syu'ara 215 ✵ Asy-Syu'ara 217 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Mendalam Terkait Surat Asy-Syu’ara Ayat 216 Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syu’ara Ayat 216 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam kandungan mendalam dari ayat ini. Ditemukan aneka ragam penjelasan dari beragam ulama mengenai makna surat Asy-Syu’ara ayat 216, antara lain seperti termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaApabila mereka menyelisihi perintahmu dan tidak mengikutimu, maka berlepas dirilah kamu dari tindakan-tindakan mereka dan kondisi yang meliputi mereka berupa kesyirikan dan kesesatan.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram216. Jika mereka mendurhakaimu dan enggan menerima perintah yang engkau bawa berupa pengesaan Allah dan ketaatan kepada-Nya, maka katakanlah kepada mereka, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian kerjakan berupa kesyirikan dan maksiat".📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahJika mereka mendurhakaimu} menentang perintahmu dan tidak mengikutimu {katakanlah,“Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan”📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H216 oleh karenanya, Allah berfirman kepada RasulNya, “jika mereka mendurhakaimu,” dalam salah satu perintah, maka janganlah kamu berlepas diri drai mereka, jangan meninggalkan sikap lembut dan rendah diri dalam berinteraksi dengan mereka, akan tetapi berlepas dirilah dari perbuatan mereka, lalu ingatkanlah mereka dan nasihatilah mereka serta curahkanlah kemampuanmu dalam mencegah mereka dari perbuatan itu dan mengajak mereka bertaubat darinya. Hal ini menolak anggapan orang yang berpraduga salah bahwa Firman Allah, “dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman,” al-hijr88 Berkonsekuensi harus rela dengan semua yang mereka lakukan selagi mereka sebagai orang-orang Mukmin. Anggapan tersebut ditolak dengan uraian di atas. Wllahu’alam.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Asy-Syu’ara ayat 216 Yaitu kemaksiatan yang kamu dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syu’ara Ayat 216216. Teruskanlah kamu berdakwah, wahai rasul. Kemudian jika setelah engkau berdakwah kepada mereka, mereka baik itu keluargamu, orang-orang kafir, atau para pengikutmu, mendurhakaimu dan tidak mengikuti perintahmu, maka katakanlah wahai rasul, kepada mereka 'sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan. ' semua itu menjadi tanggung jawabmu di hadapan Allah. 217. Dan setelah engkau lakukan tugasmu berdakwah kepada mereka, bertawakAllah, pasrahkanlah semua urusanmu hanya kepada Allah yang mahaperkasa, mahakuat yang mampu menyiksa siapa pun yang berani menantang-Nya, maha penyayang kepada siapa pun yang senantiasa taat dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian kumpulan penjabaran dari banyak ulama terhadap kandungan dan arti surat Asy-Syu’ara ayat 216 arab-latin dan artinya, moga-moga membawa faidah bagi kita semua. Bantulah syi'ar kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan Konten Tersering Dibaca Nikmati banyak konten yang tersering dibaca, seperti surat/ayat Ar-Ra’d, Al-Isra 23-24, Al-Baqarah 2, Al-Isra 1, Ali Imran 134, Al-Baqarah 186. Juga Al-Jumu’ah 9, Az-Zariyat 56, Al-Infithar, Al-Baqarah 30, Al-Ahzab 21, Ali Imran 133. Ar-Ra’dAl-Isra 23-24Al-Baqarah 2Al-Isra 1Ali Imran 134Al-Baqarah 186Al-Jumu’ah 9Az-Zariyat 56Al-InfitharAl-Baqarah 30Al-Ahzab 21Ali Imran 133 Pencarian bacaan surat yasin arab lengkap, surat al kahfi 1-20, surat almul, al baqarah ayat 281-290, qs al baqarah 152 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Muqadimah Surat Asy-Syu`ara` surat ini terdiri dari 227 ayat termasuik golongan surat-surat Makikyyah. DInamakan 'Asy Syu'araa' (kata jamak dari 'Asy Syaa'ir' yang berarti penyair) diambil dari kata 'Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair طٰسۤمّۤ Ṭā Sīm Mīm. Ṭā Sīn Mīm. تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ Tilka āyātul-kitābil-mubīni. Itulah ayat-ayat Kitab Al-Qur’an yang jelas. لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ Laallaka bākhiun nafsaka allā yakūnū mu'minīna. Boleh jadi engkau Nabi Muhammad akan membinasakan dirimu dengan kesedihan karena mereka penduduk Makkah tidak beriman. اِنْ نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ اٰيَةً فَظَلَّتْ اَعْنَاقُهُمْ لَهَا خٰضِعِيْنَ In nasya' nunazzil alaihim minas-samā'i āyatan fa ẓallat anāquhum lahā khāḍiīna. Jika berkehendak, niscaya Kami turunkan bukti mukjizat kepada mereka dari langit sehingga tengkuk mereka selalu tunduk kepadanya. وَمَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ ذِكْرٍ مِّنَ الرَّحْمٰنِ مُحْدَثٍ اِلَّا كَانُوْا عَنْهُ مُعْرِضِيْنَ Wa mā ya'tīhim min żikrim minar-raḥmāni muḥdaṡin illā kānū anhu muriḍīna. Tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru ayat Al-Qur’an dari Tuhan Yang Maha Pengasih, kecuali mereka selalu berpaling darinya. فَقَدْ كَذَّبُوْا فَسَيَأْتِيْهِمْ اَنْۢبـٰۤؤُا مَا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ Faqad każżabū fa saya'tīhim ambā'u mā kānū bihī yastahzi'ūna. Sungguh, mereka telah mendustakan Al-Qur’an. Maka, kelak akan datang kepada mereka kebenaran berita-berita mengenai apa azab yang selalu mereka perolok-olokkan. اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الْاَرْضِ كَمْ اَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ Awalam yarau ilal-arḍi kam ambatnā fīhā min kulli zaujin karīmin. Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami telah menumbuhkan di sana segala jenis tanaman yang tumbuh baik? اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةًۗ وَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. وَاِذْ نَادٰى رَبُّكَ مُوْسٰٓى اَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ۙ Wa iż nādā rabbuka mūsā ani'til-qaumaẓ-ẓālimīna. Ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa dengan firman-Nya, “Datangilah kaum yang zalim itu. قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۗ اَلَا يَتَّقُوْنَ Qauma firauna, alā yattaqūna. Yaitu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ ۗ Qāla rabbi innī akhāfu ay yukażżibūni. Dia Musa berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku. وَيَضِيْقُ صَدْرِيْ وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِيْ فَاَرْسِلْ اِلٰى هٰرُوْنَ Wa yaḍīqu ṣadrī wa lā yanṭaliqu lisānī fa arsil ilā hārūna. Dadaku terasa sempit dan lidahku kelu. Maka, utuslah Harun bersamaku. وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْۢبٌ فَاَخَافُ اَنْ يَّقْتُلُوْنِ ۚ Wa lahum alayya żambun fa akhāfu ay yaqtulūni. Aku berdosa terhadap mereka. Maka, aku takut mereka akan membunuhku.” قَالَ كَلَّا ۚفَاذْهَبَا بِاٰيٰتِنَآ اِنَّا مَعَكُمْ مُّسْتَمِعُوْنَ ۙ Qāla kallā, fażhabā bi'āyātinā innā maakum mustamiūna. Dia Allah berfirman, “Tidak mereka tidak akan dapat membunuhmu. Maka, pergilah berdua dengan membawa ayat-ayat Kami mukjizat. Sesungguhnya Kami menyertaimu mendengarkan apa yang mereka katakan. فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُوْلَآ اِنَّا رَسُوْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Fa'tiyā firauna faqūlā innā rasūlu rabbil-ālamīna. Maka, datanglah berdua kepada Firaun dan katakanlah, Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam. اَنْ اَرْسِلْ مَعَنَا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ An arsil maanā banī isrā'īla. Lepaskanlah Bani Israil pergi bersama kami menuju Baitulmaqdis.’” قَالَ اَلَمْ نُرَبِّكَ فِيْنَا وَلِيْدًا وَّلَبِثْتَ فِيْنَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِيْنَ ۗ Qāla alam nurabbika fīnā walīdaw wa labiṡta fīnā min umurika sinīna. Dia Firaun berkata, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan keluarga kami, waktu engkau masih bayi dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِيْ فَعَلْتَ وَاَنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ Wa faalta falatakal-latī faalta wa anta minal-kāfirīna. Engkau Musa telah melakukan kesalahan berupa perbuatan yang telah engkau lakukan membunuh seseorang dari kaumku dan engkau termasuk orang yang ingkar terhadap kebaikan dan ketuhananku.” قَالَ فَعَلْتُهَآ اِذًا وَّاَنَا۠ مِنَ الضَّاۤلِّيْنَ Qāla faaltuhā iżaw wa ana minaḍ-ḍāllīna. Dia Musa berkata, “Aku telah melakukannya. Kalau begitu, saat itu aku termasuk orang-orang yang sesat. فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِيْ رَبِّيْ حُكْمًا وَّجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ Fa farartu minkum lammā khiftukum fa wahaba lī rabbī ḥukmaw wa jaalanī minal-mursalīna. Kemudian, aku lari darimu karena takut kepadamu. Lalu, Tuhanku menganugerahkan kepadaku hukum ilmu dan kearifan dan menjadikanku salah seorang rasul. وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ اَنْ عَبَّدْتَّ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ Wa tilka nimatun tamunnuhā alayya an abbatta banī isrā'īla. Itulah kenikmatan yang engkau berikan kepadaku, sedangkan engkau memperbudak Bani Israil.” قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Qāla firaunu wa mā rabbul-ālamīna. Firaun berkata, “Siapa Tuhan semesta alam itu?” قَالَ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ مُّوْقِنِيْنَ Qāla rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, in kuntum mūqinīna. Dia Musa menjawab, “Tuhan pencipta dan pemelihara langit, bumi, dan segala yang ada di antaranya jika kamu orang-orang yang yakin.” قَالَ لِمَنْ حَوْلَهٗٓ اَلَا تَسْتَمِعُوْنَ Qāla liman ḥaulahū alā tastamiūna. Dia Firaun berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakannya?” قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ اٰبَاۤىِٕكُمُ الْاَوَّلِيْنَ Qāla rabbukum wa rabbu ābā'ikumul-awwalīna. Dia Musa berkata, “Dia Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu terdahulu.” قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ Qāla inna rasūlakumul-lażī ursila ilaikum lamajnūnun. Dia Firaun berkata, “Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila.” قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ Qāla rabbul-masyriqi wal-magribi wa mā bainahumā, in kuntum taqilūna. Dia Musa berkata, “Dia Tuhan yang menguasai timur dan barat serta segala yang ada di antaranya jika kamu mengerti.” قَالَ لَىِٕنِ اتَّخَذْتَ اِلٰهًا غَيْرِيْ لَاَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُوْنِيْنَ Qāla la'inittakhażta ilāhan gairī la'ajalannaka minal-masjūnīna. Dia Firaun berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selainku, niscaya aku benar-benar akan menjadikanmu termasuk orang-orang yang dipenjarakan.” قَالَ اَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُّبِيْنٍ Qāla awalau ji'tuka bisyai'im mubīnin. Dia Musa berkata, “Apakah engkau akan melakukan itu sekalipun aku mendatangkan kepadamu sesuatu bukti yang jelas?” قَالَ فَأْتِ بِهٖٓ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ Qāla fa'ti bihī in kunta minaṣ-ṣādiqīna. Dia Firaun berkata, “Datangkanlah bukti yang jelas itu jika engkau termasuk orang-orang yang benar!” فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۚ Fa alqā aṣāhu fa iżā hiya ṡubānum mubīnun. Maka, dia Musa melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia tongkat itu menjadi ular besar yang nyata. وَنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ ࣖ Wa nazaa yadahū fa iżā hiya baiḍā'u lin-nāẓirīna. Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia tangan itu menjadi putih bercahaya bagi orang-orang yang melihat-nya. قَالَ لِلْمَلَاِ حَوْلَهٗٓ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ عَلِيْمٌ ۙ Qāla lil-mala'i ḥaulahū inna hāżā lasāḥirun alīmun. Dia Firaun berkata kepada para pemuka di sekitarnya, “Sesungguhnya dia Musa ini benar-benar seorang penyihir yang sangat pandai. يُّرِيْدُ اَنْ يُّخْرِجَكُمْ مِّنْ اَرْضِكُمْ بِسِحْرِهٖۖ فَمَاذَا تَأْمُرُوْنَ Yurīdu ay yukhrijakum min arḍikum bisiḥrihī, fa māżā ta'murūna. Dia hendak mengeluarkanmu dari negerimu dengan sihirnya. Maka, apa yang kamu sarankan?” قَالُوْٓا اَرْجِهْ وَاَخَاهُ وَابْعَثْ فِى الْمَدَاۤىِٕنِ حٰشِرِيْنَ ۙ Qālū arjih wa akhāhu wabaṡ fil-madā'ini ḥāsyirīna. Mereka berkata, “Tahanlah untuk sementara dia dan saudaranya serta utuslah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan penyihir. يَأْتُوْكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيْمٍ Ya'tūka bikulli saḥḥārin alīmin. Mereka akan mendatangkan kepadamu semua penyihir yang sangat pandai.” فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ ۙ Fa jumias-saḥaratu limīqāti yaumim malūmin. Maka, dikumpulkanlah para penyihir pada waktu yang ditetapkan pada hari yang telah ditentukan. وَّقِيْلَ لِلنَّاسِ هَلْ اَنْتُمْ مُّجْتَمِعُوْنَ ۙ Wa qīla lin-nāsi hal antum mujtamiūna. Lalu, diumumkan kepada orang banyak, “Apakah kamu semua sudah berkumpul? لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ اِنْ كَانُوْا هُمُ الْغٰلِبِيْنَ Laallanā nattabius-saḥarata in kānū humul-gālibīna. Tujuannya supaya kita mengikuti para penyihir itu jika mereka jadi para pemenang.” فَلَمَّا جَاۤءَ السَّحَرَةُ قَالُوْا لِفِرْعَوْنَ اَىِٕنَّ لَنَا لَاَجْرًا اِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغٰلِبِيْنَ Falammā jā'as-saḥaratu qālū lifirauna a'inna lanā la'ajran in kunnā naḥnul-gālibīna. Maka, ketika para penyihir datang, mereka berkata kepada Firaun, “Apakah kami benar-benar akan memperoleh imbalan besar jika kami yang menjadi pemenang?” قَالَ نَعَمْ وَاِنَّكُمْ اِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ Qāla naam wa innakum iżal laminal-muqarrabīna. Dia Firaun menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti akan menjadi orang-orang yang dekat kepadaku.” قَالَ لَهُمْ مُّوْسٰٓى اَلْقُوْا مَآ اَنْتُمْ مُّلْقُوْنَ Qāla lahum mūsā alqū mā antum mulqūna. Musa berkata kepada mereka, “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan!” فَاَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوْا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ اِنَّا لَنَحْنُ الْغٰلِبُوْنَ Fa alqau ḥibālahum wa iṣiyyahum wa qālū biizzati firauna innā lanaḥnul-gālibūna. Lalu, mereka melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka seraya berkata, “Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kamilah yang benar-benar sebagai pemenang.” فَاَلْقٰى مُوْسٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُوْنَ ۚ Fa alqā mūsā aṣāhu fa iżā hiya talqafu mā ya'fikūna. Kemudian, Musa melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia tongkatnya yang sudah menjadi ular menelan segala yang mereka ada-adakan itu. فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَ ۙ Fa ulqiyas-saḥaratu sājidīna. Maka, tersungkurlah para penyihir itu dalam keadaan bersujud. قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Qālū āmannā birabbil-ālamīna. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ Rabbi mūsā wa hārūna. yaitu Tuhannya Musa dan Harun.” قَالَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۚ اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ەۗ لَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ وَّلَاُصَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَۚ Qāla āmantum lahū qabla an āżana lakum, innahū lakabīrukumul-lażī allamakumus-siḥra, fa lasaufa talamūna, la'uqaṭṭianna aidiyakum wa arjulakum min khilāfiw wa la'uṣallibannakum ajma'īna. Dia Firaun berkata, “Apakah kamu sekalian beriman kepadanya Musa sebelum aku mengizinkanmu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka, kamu tentu akan tahu akibat perbuatanmu. Pasti kupotong tangan dan kakimu secara bersilang dan benar-benar akan kusalib kamu semua.” قَالُوْا لَا ضَيْرَ ۖاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا مُنْقَلِبُوْنَ ۚ Qālū lā ḍaira, innā ilā rabbinā munqalibūna. Mereka menjawab, “Tidak ada yang kami takutkan. Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. اِنَّا نَطْمَعُ اَنْ يَّغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطٰيٰنَآ اَنْ كُنَّآ اَوَّلَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ ࣖ Innā naṭmau ay yagfira lanā rabbunā khaṭāyānā an kunnā awwalal-mu'minīna. Sesungguhnya kami sangat menginginkan agar Tuhan kami mengampuni kesalahan-kesalahan kami karena kami adalah orang-orang yang pertama menjadi mukmin.” ۞ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰىٓ اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْٓ اِنَّكُمْ مُّتَّبَعُوْنَ Wa auḥainā ilā mūsā an asri biibādī innakum muttabaūna. Kami wahyukan perintahkan kepada Musa, “Pergilah pada malam hari dengan hamba-hamba-Ku Bani Israil. Sesungguhnya kamu pasti akan diikuti.” فَاَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِى الْمَدَاۤىِٕنِ حٰشِرِيْنَ ۚ Fa arsala firaunu fil-madā'ini ḥāsyirīna. Lalu, Firaun mengirimkan orang ke kota-kota untuk mengumpulkan bala tentaranya. اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيْلُوْنَۙ Inna hā'ulā'i lasyirzimatun qalīlūna. Firaun berkata, “Sesungguhnya mereka Bani Israil hanyalah sekelompok kecil. وَاِنَّهُمْ لَنَا لَغَاۤىِٕظُوْنَ ۙ Wa innahum lanā lagā'iẓūna. Sesungguhnya mereka telah membuat kita marah. وَاِنَّا لَجَمِيْعٌ حٰذِرُوْنَ ۗ Wa innā lajamīun ḥāżirūna. Sesungguhnya kita semua benar-benar harus selalu waspada.” فَاَخْرَجْنٰهُمْ مِّنْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍ ۙ Fa akhrajnāhum min jannātiw wa uyūnin. Kami keluarkan mereka Firaun dan kaumnya dari negeri mereka yang mempunyai taman, mata air, وَّكُنُوْزٍ وَّمَقَامٍ كَرِيْمٍ ۙ Wa kunūziw wa maqāmin karīmin. harta kekayaan, dan tempat tinggal yang bagus. كَذٰلِكَۚ وَاَوْرَثْنٰهَا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ Każālika, wa auraṡnāhā banī isrā'īla. Demikianlah, dan Kami wariskan semuanya kepada Bani Israil. فَاَتْبَعُوْهُمْ مُّشْرِقِيْنَ Fa atbaūhum musyriqīna. Lalu, Firaun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit. فَلَمَّا تَرٰۤءَا الْجَمْعٰنِ قَالَ اَصْحٰبُ مُوْسٰٓى اِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ ۚ Falammā tarā'al-jamāni qāla aṣḥābu mūsā innā lamudrakūna. Ketika kedua golongan itu saling melihat, para pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” قَالَ كَلَّا ۗاِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ Qāla kallā, inna maiya rabbī sayahdīni. Dia Musa berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.” فَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْبَحْرَۗ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيْمِ ۚ Fa auḥainā ilā mūsā aniḍrib biaṣākal-baḥra, fanfalaqa fa kāna kullu firqin kaṭ-ṭaudil aẓīmi. Lalu, Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut dengan tongkatmu itu.” Maka, terbelahlah laut itu dan setiap belahan seperti gunung yang sangat besar. وَاَزْلَفْنَا ثَمَّ الْاٰخَرِيْنَ ۚ Wa azlafnā ṡammal-ākharīna. Di sanalah Kami dekatkan kelompok yang lain. وَاَنْجَيْنَا مُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗٓ اَجْمَعِيْنَ ۚ Wa anjainā mūsā wa mam maahū ajmaīna. Kami selamatkan Musa dan semua orang yang bersamanya. ثُمَّ اَغْرَقْنَا الْاٰخَرِيْنَ ۗ Ṡumma agraqnal-ākharīna. Kemudian, Kami tenggelamkan kelompok yang lain. اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ اِبْرٰهِيْمَ ۘ Watlu alaihim naba'a ibrāhīma. Bacakanlah kepada mereka berita Ibrahim. اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا تَعْبُدُوْنَ Iż qāla li'abīhi wa qaumihī mā tabudūna. Ketika dia Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya, “Apa yang kamu sembah?” قَالُوْا نَعْبُدُ اَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عٰكِفِيْنَ Qālū nabudu aṣnāman fa naẓallu lahā ākifīna. Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan senantiasa tekun menyembahnya.” قَالَ هَلْ يَسْمَعُوْنَكُمْ اِذْ تَدْعُوْنَ ۙ Qāla hal yasmaūnakum iż tadūna. Dia Ibrahim berkata, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa kepadanya? اَوْ يَنْفَعُوْنَكُمْ اَوْ يَضُرُّوْنَ Au yanfaūnakum au yaḍurrūna. Atau, dapatkah mereka memberi manfaat atau mudarat kepadamu?” قَالُوْا بَلْ وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا كَذٰلِكَ يَفْعَلُوْنَ Qālū bal wajadnā ābā'anā każālika yafalūna. Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami mendapati nenek moyang kami berbuat begitu.” قَالَ اَفَرَءَيْتُمْ مَّا كُنْتُمْ تَعْبُدُوْنَ ۙ Qāla afa ra'aitum mā kuntum tabudūna. Dia Ibrahim berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang selalu kamu sembah? اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمُ الْاَقْدَمُوْنَ ۙ Antum wa ābā'ukumul-aqdamūna. Kamu dan nenek moyangmu terdahulu? فَاِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّيْٓ اِلَّا رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Fa innahum aduwwul lī illā rabbal-ālamīna. Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku, lain halnya Tuhan pemelihara semesta alam. الَّذِيْ خَلَقَنِيْ فَهُوَ يَهْدِيْنِ ۙ Allażī khalaqanī fa huwa yahdīni. Allah yang telah menciptakanku. Maka, Dia pula yang memberi petunjuk kepadaku. وَالَّذِيْ هُوَ يُطْعِمُنِيْ وَيَسْقِيْنِ ۙ Wal-lażī huwa yuṭimunī wa yasqīni. Dia pula yang memberiku makan dan minum. وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ ۙ Wa iżā mariḍtu fa huwa yasyfīni. Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. وَالَّذِيْ يُمِيْتُنِيْ ثُمَّ يُحْيِيْنِ ۙ Wal-lażī yumītunī ṡumma yuḥyīni. Dia yang akan mematikanku, kemudian menghidupkanku kembali. وَالَّذِيْٓ اَطْمَعُ اَنْ يَّغْفِرَ لِيْ خَطِيْۤـَٔتِيْ يَوْمَ الدِّيْنِ ۗ Wal-lażī aṭmau ay yagfira lī khaṭī'atī yaumad-dīni. Dia yang sangat kuinginkan untuk mengampuni kesalahanku pada hari Pembalasan.” رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ Rabbi hab lī ḥukmaw wa alḥiqnī biṣ-ṣāliḥīna. Ibrahim berdoa, “Wahai Tuhanku, berikanlah kepadaku hukum ilmu dan hikmah dan pertemukanlah aku dengan orang-orang saleh. وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ Wajal lī lisāna ṣidqin fil-ākhirīna. Jadikanlah aku sebagai buah tutur yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian. وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَّرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ۙ Wajalnī miw waraṡati janatin naīmi. Jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan. وَاغْفِرْ لِاَبِيْٓ اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الضَّاۤلِّيْنَ ۙ Wagfir li'abī innahū kāna minaḍ-ḍāllīna. Ampunilah ayahku! Sesungguhnya dia termasuk orang-orang sesat. وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ Wa lā tukhzinī yauma yubaṡūna. Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ Yauma lā yanfau māluw wa lā banūna. Yaitu pada hari ketika tidak berguna lagi harta dan anak-anak. اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ Illā man atallāha biqalbin salīmin. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” وَاُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ۙ Wa uzlifatil-jannatu lil-muttaqīna. Surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa. وَبُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِلْغَاوِيْنَ ۙ Wa burrizatil-jaḥīmu lil-gāwīna. Neraka Jahim diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat. وَقِيْلَ لَهُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُوْنَ ۙ Wa qīla lahum ainamā kuntum tabudūna. Dikatakan kepada mereka, “Di mana berhala-berhala yang selalu kamu sembah مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗهَلْ يَنْصُرُوْنَكُمْ اَوْ يَنْتَصِرُوْنَ ۗ Min dūnillāhi, hal yanṣurūnakum au yantaṣirūna. selain Allah? Dapatkah mereka menolongmu atau menolong dirinya sendiri?” فَكُبْكِبُوْا فِيْهَا هُمْ وَالْغَاوٗنَ ۙ Fa kubkibū fīhā hum wal-gāwūna. Mereka sesembahan itu dijungkirbalikkan di dalamnya neraka bersama orang-orang yang sesat. وَجُنُوْدُ اِبْلِيْسَ اَجْمَعُوْنَ ۗ Wa junūdu iblīsa ajmaūna. Begitu pula bala tentara Iblis dan semuanya dijungkirbalikkan. قَالُوْا وَهُمْ فِيْهَا يَخْتَصِمُوْنَ Qālū wa hum fīhā yakhtaṣimūna. Mereka orang-orang sesat berkata sambil bertengkar di dalamnya neraka, تَاللّٰهِ اِنْ كُنَّا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۙ Tallāhi in kunnā lafī ḍalālim mubīnin. “Demi Allah, sesungguhnya kami dahulu di dunia benar-benar dalam kesesatan yang nyata. اِذْ نُسَوِّيْكُمْ بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ Iż nusawwīkum birabbil-ālamīna. Yaitu ketika kami mempersamakan kamu berhala-berhala dengan Tuhan semesta alam. وَمَآ اَضَلَّنَآ اِلَّا الْمُجْرِمُوْنَ Wa mā aḍallanā illal-mujrimūna. Tidak ada yang menyesatkan kami, kecuali para pendosa. فَمَا لَنَا مِنْ شٰفِعِيْنَ ۙ Famā lanā min syāfiīna. Tidak ada pemberi syafaat penolong untuk kami. وَلَا صَدِيْقٍ حَمِيْمٍ Wa lā ṣadīqin ḥamīmin. Tidak pula ada teman akrab. فَلَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Falau anna lanā karratan fa nakūna minal-mu'minīna. Seandainya dapat kembali ke dunia, niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.” اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوْحِ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ ۚ Każżabat qaumu nūḥinil-mursalīna. Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ نُوْحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ Iż qāla lahum akhūhum nūḥun alā tattaqūna. Ketika saudara mereka, Nuh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ Innī lakum rasūlun amīnun. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya yang diutus kepadamu. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۚ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۚ Wa mā as'alukum alaihi min ajrin, in ajriya illā alā rabbil-ālamīna. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu. Imbalanku tidak lain, kecuali dari Tuhan semesta alam. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” ۞ قَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْاَرْذَلُوْنَ ۗ Qālū anu'minu laka wattabaakal-arżalūna. Mereka berkata, “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal yang mengikutimu adalah orang-orang hina?” قَالَ وَمَا عِلْمِيْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۚ Qāla wa mā ilmī bimā kānū yamalūna. Dia Nuh menjawab, “Apa pengetahuanku tentang apa yang biasa mereka kerjakan? اِنْ حِسَابُهُمْ اِلَّا عَلٰى رَبِّيْ لَوْ تَشْعُرُوْنَ ۚ In ḥisābuhum illā alā rabbī lau tasyurūna. Perhitungan amal mereka tidak lain, kecuali ada pada Tuhanku jika kamu menyadari. وَمَآ اَنَا۠ بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ Wa mā ana biṭāridil-mu'minīna. Aku tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. اِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۗ In ana illā nażīrum mubīnun. Aku tidak lain, kecuali pemberi peringatan yang jelas.” قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ يٰنُوْحُ لَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْمَرْجُوْمِيْنَۗ Qālū la'illam tantahi yā nūḥu latakūnanna minal-marjūmīna. Mereka berkata, “Wahai Nuh, jika tidak berhenti dalam berdakwah, niscaya engkau akan termasuk orang-orang yang dirajam.” قَالَ رَبِّ اِنَّ قَوْمِيْ كَذَّبُوْنِۖ Qāla rabbi inna qaumī każżabūni. Dia Nuh berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakanku. فَافْتَحْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَّنَجِّنِيْ وَمَنْ مَّعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Faftaḥ bainī wa bainahum fatḥaw wa najjinī wa mam maiya minal-mu'minīna. Maka, berilah keputusan antara aku dan mereka serta selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin bersamaku.” فَاَنْجَيْنٰهُ وَمَنْ مَّعَهٗ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِ Fa anjaināhu wa mam maahū fil-fulkil-masyḥūni. Kami selamatkan dia Nuh dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan. ثُمَّ اَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِيْنَ Ṡumma agraqnā badul-bāqīna. Kemudian, Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa tidak beriman setelah itu. اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. كَذَّبَتْ عَادُ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ ۖ Każżabat ādunil-mursalīna. Kaum Ad telah mendustakan para rasul. اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ هُوْدٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ Iż qāla lahum akhūhum hūdun alā tattaqūna. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ Innī lakum rasūlun amīnun. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya yang diutus kepadamu. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۚ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Wa mā as'alukum alaihi min ajrin, in ajriya illā alā rabbil-ālamīna. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu. Imbalanku tidak lain, kecuali dari Tuhan semesta alam. اَتَبْنُوْنَ بِكُلِّ رِيْعٍ اٰيَةً تَعْبَثُوْنَ ۙ Atabnūna bikulli rīin āyatan tabaṡūna. Apakah kamu mendirikan istana di setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati? وَتَتَّخِذُوْنَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُوْنَۚ Wa tattakhiżūna maṣānia laallakum takhludūna. Kamu juga membuat benteng-benteng dengan harapan hidup kekal? وَاِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِيْنَۚ Wa iżā baṭasytum baṭasytum jabbārīna. Apabila menyiksa, kamu lakukan secara kejam dan bengis. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَاتَّقُوا الَّذِيْٓ اَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُوْنَ ۚ Wattaqul-lażī amaddakum bimā talamūna. Bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. اَمَدَّكُمْ بِاَنْعَامٍ وَّبَنِيْنَۙ Amaddakum bi'anāmiw wa banīna. Dia Allah telah menganugerahkan hewan ternak dan anak-anak kepadamu. وَجَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۚ Wa jannātiw wa uyūnin. Dia juga menganugerahkan kebun-kebun dan mata air. اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ ۗ Innī akhāfu alaikum ażāba yaumin aẓīmin. Sesungguhnya aku takut bahwa kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.” قَالُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْنَآ اَوَعَظْتَ اَمْ لَمْ تَكُنْ مِّنَ الْوٰعِظِيْنَ ۙ Qālū sawā'un alainā awaaẓta am lam takum minal-wāiẓīna. Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat. اِنْ هٰذَآ اِلَّا خُلُقُ الْاَوَّلِيْنَ ۙ In hāżā illā khuluqul-awwalīna. Agama kami ini tidak lain adalah agama orang-orang terdahulu. وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ ۚ Wa mā naḥnu bimuażżabīna. Kami sama sekali tidak akan diazab.” فَكَذَّبُوْهُ فَاَهْلَكْنٰهُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Fa każżabūhu fa ahlaknāhum, inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Maka, mereka mendustakannya Hud. Lalu, Kami membinasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ Każżabat ṡamūdul-mursalīna. Kaum Samud telah mendustakan para rasul. اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ صٰلِحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ Iż qāla lahum akhūhum ṣāliḥun alā tattaqūna. Ketika saudara mereka, Saleh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ Innī lakum rasūlun amīnun. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya yang diutus kepadamu. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۚ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Wa mā as'alukum alaihi min ajrin, in ajriya illā alā rabbil-ālamīna. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu. Imbalanku tidak lain, kecuali dari Tuhan semesta alam. اَتُتْرَكُوْنَ فِيْ مَا هٰهُنَآ اٰمِنِيْنَ ۙ Atutrakūna fīmā hāhunā āminīna. Apakah kamu mengira akan dibiarkan tinggal di sini negerimu dengan aman? فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍ ۙ Fī jannātiw wa uyūnin. Yaitu, di dalam kebun-kebun dan mata air. وَّزُرُوْعٍ وَّنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيْمٌ ۚ Wa zurūiw wa nakhlin ṭaluhā haḍīmun. Dan, tanam-tanaman serta pohon kurma yang mayangnya lembut. وَتَنْحِتُوْنَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا فٰرِهِيْنَ Wa tanḥitūna minal-jibāli buyūtan fārihīna. Kamu pahat dengan terampil sebagian gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah yang mewah. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَلَا تُطِيْعُوْٓا اَمْرَ الْمُسْرِفِيْنَ ۙ Wa lā tuṭīū amral-musrifīna. Janganlah mengikuti perintah orang-orang yang melampaui batas. الَّذِيْنَ يُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ وَلَا يُصْلِحُوْنَ Allażīna yufsidūna fil-arḍi wa lā yaṣliḥūna. Mereka yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak melakukan perbaikan.” قَالُوْٓا اِنَّمَآ اَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِيْنَ ۙ Qālū innamā anta minal-musaḥḥarīna. Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau hanyalah termasuk orang-orang yang terkena sihir. مَآ اَنْتَ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ فَأْتِ بِاٰيَةٍ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ Mā anta illā basyarum miṡlunā, fa'ti bi'āyatin in kunta minaṣ-ṣādiqīna. Engkau tidak lain hanyalah manusia seperti kami. Maka, datangkanlah tanda mukjizat jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” قَالَ هٰذِهٖ نَاقَةٌ لَّهَا شِرْبٌ وَّلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ ۚ Qāla hāżihī nāqatul lahā syirbuw wa lakum syirbu yaumim malūmin. Dia Saleh menjawab, “Ini seekor unta betina. Dia punya giliran minum dan kamu punya giliran minum pula pada hari yang ditentukan. وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيْمٍ Wa lā tamassūhā bisū'in fa ya'khużakum ażābu yaumin aẓīmin. Janganlah menyentuhnya dengan suatu kejahatan. Nanti kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.” فَعَقَرُوْهَا فَاَصْبَحُوْا نٰدِمِيْنَ ۙ Fa aqarūhā fa aṣbaḥū nādimīna. Mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi orang-orang yang menyesal. فَاَخَذَهُمُ الْعَذَابُۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Fa akhażahumul-ażābu, inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوْطِ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ ۖ Każżabat qaumu lūṭinil-mursalīna. Kaum Lut telah mendustakan para rasul. اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ لُوْطٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ Iż qāla lahum akhūhum lūṭun alā tattaqūna. Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?” اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ Innī lakum rasūlun amīnun. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya yang diutus kepadamu. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Wa mā as'alukum alaihi min ajrin in ajriya illā alā rabbil-ālamīna. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu. Imbalanku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. اَتَأْتُوْنَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Ata'tūnaż-żukrāna minal-ālamīna. Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia berbuat homoseks? وَتَذَرُوْنَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُوْنَ Wa tażarūna mā khalaqa lakum rabbukum min azwājikum, bal antum qamun ādūna. Sementara itu, kamu tinggalkan perempuan yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istrimu? Kamu memang kaum yang melampaui batas.” قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ يٰلُوْطُ لَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِيْنَ Qālū la'illam tantahi yā lūṭu latakūnanna minal-mukhrajīna. Mereka menjawab, “Wahai Lut, jika tidak berhenti melarang kami, niscaya engkau benar-benar akan termasuk orang-orang yang diusir.” قَالَ اِنِّيْ لِعَمَلِكُمْ مِّنَ الْقَالِيْنَ ۗ Qāla innī liamalikum minal-qālīna. Dia Lut berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang sangat benci terhadap perbuatanmu.” رَبِّ نَجِّنِيْ وَاَهْلِيْ مِمَّا يَعْمَلُوْنَ Rabbi najjinī wa ahlī mimmā yamalūna. Lut berdoa, “Wahai Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari apa yang mereka perbuat.” فَنَجَّيْنٰهُ وَاَهْلَهٗٓ اَجْمَعِيْنَ ۙ Fa najjaināhu wa ahlahū ajmaīna. Maka, Kami selamatkan dia bersama semua keluarganya, اِلَّا عَجُوْزًا فِى الْغٰبِرِيْنَ ۚ Illā ajūzan fil-gābirīna. kecuali seorang perempuan tua istrinya yang termasuk golongan orang-orang kafir yang tertinggal. ثُمَّ دَمَّرْنَا الْاٰخَرِيْنَ ۚ Ṡumma dammarnal-ākharīna. Kemudian, Kami binasakan yang lain. وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۚ فَسَاۤءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِيْنَ Wa amṭarnā alaihim maṭarān, fa sā'a maṭarul-munżarīna. Kami hujani mereka dengan batu. Betapa buruk hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. كَذَّبَ اَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ Każżaba aṣḥābul-aikatil-mursalīna. Penduduk Aikah Madyan telah mendustakan para rasul. اِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ Iż qāla lahum syuaibun alā tattaqūna. Ketika Syuaib berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ Innī lakum rasūlun amīnun. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya yang diutus kepadamu. فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ Fattaqullāha wa aṭīūni. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Wa mā as'alukum alaihi min ajrin in ajriya illā alā rabbil-ālamīna. Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu. Imbalanku tidak lain, kecuali dari Tuhan semesta alam. ۞ اَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُخْسِرِيْنَ ۚ Auful-kaila wa lā takūnū minal-mukhsirīna. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan orang lain. وَزِنُوْا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيْمِ ۚ Wazinū bil-qisṭāsil-mustaqīmi. Timbanglah dengan timbangan yang benar. وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ۚ Wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā taṡau fil-arḍi mufsidīna. Janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi. وَاتَّقُوا الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالْجِبِلَّةَ الْاَوَّلِيْنَ ۗ Wattaqul-lażī khalaqakum wal-jibillatal-awwalīna. Bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakanmu dan umat-umat yang terdahulu.” قَالُوْٓا اِنَّمَآ اَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِيْنَ ۙ Qālū innamā anta minal-musaḥḥarīna. Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau hanyalah termasuk orang-orang yang terkena sihir. وَمَآ اَنْتَ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَاِنْ نَّظُنُّكَ لَمِنَ الْكٰذِبِيْنَ ۚ Wa mā anta illā basyarum miṡlunā wa in naẓunnuka laminal-kāżibīna. Engkau tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kami dan sesungguhnya kami yakin bahwa engkau benar-benar termasuk para pembohong. فَاَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِّنَ السَّمَاۤءِ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ ۗ Fa asqiṭ alainā kisafam minas-samā'i in kunta minaṣ-ṣādiqīna. Maka, jatuhkanlah kepada kami kepingan-kepingan dari langit agar kami binasa jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” قَالَ رَبِّيْٓ اَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ Qāla rabbī alamu bimā tamalūna. Dia Syuaib berkata, “Tuhanku paling mengetahui apa yang kamu kerjakan.” فَكَذَّبُوْهُ فَاَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ ۗاِنَّهٗ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ Fa każżabūhu fa akhażahum ażābu yaumiẓ-ẓullahti, innahū kāna ażāba yaumin aẓīmin. Lalu, mereka mendustakannya Syuaib. Maka, mereka ditimpa azab pada hari yang berawan gelap. Sesungguhnya itu adalah azab hari yang dahsyat. اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ Inna fī żālika la'āyahtan, wa mā kāna akṡaruhum mu'minīna. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ Wa inna rabbaka lahuwal-azīzur-raḥīmu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ Wa innahū latanzīlu rabbil-ālamīna. Sesungguhnya ia Al-Qur’an benar-benar diturunkan Tuhan semesta alam. نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙ Nazala bihir rūḥul-amīnu. Ia Al-Qur’an dibawa turun oleh Ruhulamin Jibril. عَلٰى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ ۙ Alā qalbika litakūna minal-munżirīna. Diturunkan ke dalam hatimu Nabi Muhammad agar engkau menjadi salah seorang pemberi peringatan. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِيْنٍ ۗ Bilisānin arabiyyim mubīnin. Diturunkan dengan bahasa Arab yang jelas. وَاِنَّهٗ لَفِيْ زُبُرِ الْاَوَّلِيْنَ Wa innahū lafī zuburil-awwalīna. Sesungguhnya ia Al-Qur’an benar-benar disebut dalam kitab-kitab orang terdahulu. اَوَلَمْ يَكُنْ لَّهُمْ اٰيَةً اَنْ يَّعْلَمَهٗ عُلَمٰۤؤُا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ Awalam yakul lahum āyatan ay yalamahū ulamā'u banī isrā'īla. Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa ia Al-Qur’an diketahui oleh para ulama Bani Israil? وَلَوْ نَزَّلْنٰهُ عَلٰى بَعْضِ الْاَعْجَمِيْنَ ۙ Wa lau nazzalnāhū alā baḍil-ajamīna. Seandainya Kami menurunkannya kepada sebagian dari golongan non-Arab. فَقَرَاَهٗ عَلَيْهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ مُؤْمِنِيْنَ ۗ Fa qara'ahū alaihim mā kānū bihī mu'minīna. Lalu, dia membacakannya kepada mereka orang-orang kafir, niscaya mereka tidak juga akan beriman kepadanya. كَذٰلِكَ سَلَكْنٰهُ فِيْ قُلُوْبِ الْمُجْرِمِيْنَ ۗ Każālika salaknāhu fī qulūbil-mujrimīna. Demikianlah, Kami masukkan sifat dusta dan ingkar ke dalam hati para pendurhaka. لَا يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ Lā yu'minūna bihī ḥattā yarawul-ażābal-alīma. Mereka tidak akan beriman kepadanya hingga melihat azab yang pedih. فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۙ Fa ya'tiyahum bagtataw wa hum lā yasyurūna. Maka, datanglah ia azab kepada mereka secara tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya. فَيَقُوْلُوْا هَلْ نَحْنُ مُنْظَرُوْنَ ۗ Fa yaqūlū hal naḥnu munẓarūna. Lalu, mereka berkata, “Apakah kami diberi penangguhan waktu?” اَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُوْنَ Afa biażābinā yastajilūna. Bukankah mereka yang meminta agar azab Kami disegerakan? اَفَرَءَيْتَ اِنْ مَّتَّعْنٰهُمْ سِنِيْنَ ۙ Afa ra'aita im mattanāhum sinīna. Bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun? ثُمَّ جَاۤءَهُمْ مَّا كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ ۙ Ṡumma jā'ahum mā kānū yūadūna. Kemudian, ia azab yang diancamkan datang kepada mereka. مَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يُمَتَّعُوْنَ ۗ Mā agnā anhum mā kānū yumattaūna. Niscaya kenikmatan yang mereka rasakan tidak berguna baginya. وَمَآ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ اِلَّا لَهَا مُنْذِرُوْنَ ۖ Wa mā ahlaknā min qaryatin illā lahā munżirūna. Kami tidak membinasakan suatu negeri, kecuali setelah ada pemberi peringatan kepadanya. ذِكْرٰىۚ وَمَا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ Żikrā, wa mā kunnā ẓālimīna. Hal itu sebagai peringatan. Kami sekali-kali bukanlah orang-orang zalim. وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيٰطِيْنُ Wa mā tanazzalat bihisy-syayāṭīnu. Al-Qur’an itu tidaklah dibawa turun oleh setan-setan. وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيْعُوْنَ ۗ Wa mā yambagī lahum wa mā yastaṭīūna. Tidaklah pantas bagi mereka membawa turun Al-Qur’an itu dan mereka pun tidak akan sanggup. اِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُوْلُوْنَ ۗ Innahum anis-sami lamazūlūna. Sesungguhnya mereka setan-setan benar-benar dijauhkan dari berita langit. فَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ فَتَكُوْنَ مِنَ الْمُعَذَّبِيْنَ Falā tadu maallāhi ilāhan ākhara fa takūna minal-muażżabīna. Maka, janganlah engkau Nabi Muhammad menyembah Tuhan lain bersama Allah. Nanti kamu termasuk orang-orang yang diazab. وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ Wa anżir asyīratakal-aqrabīna. Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ Wakhfiḍ janāḥaka limanittabaaka minal-mu'minīna. Rendahkanlah hatimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang mukmin. فَاِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ ۚ Fa in aṣauka faqul innī barī'um mimmā tamalūna. Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ ۙ Wa tawakkal alal-azīzir-raḥīmi. Bertawakallah kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. الَّذِيْ يَرٰىكَ حِيْنَ تَقُوْمُ Allażī yarāka ḥīna taqūmu. Dia yang melihat ketika engkau berdiri untuk salat. وَتَقَلُّبَكَ فِى السّٰجِدِيْنَ Wa taqallubaka fis-sājidīna. Dan, melihat perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud. اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Innahū huwas-samīul-alīmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. هَلْ اُنَبِّئُكُمْ عَلٰى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيٰطِيْنُ ۗ Hal unabbi'ukum alā man tanazzalusy-syayāṭīnu. Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? تَنَزَّلُ عَلٰى كُلِّ اَفَّاكٍ اَثِيْمٍ ۙ Tanazzalu alā kulli affākin aṡīmin. Mereka setan turun kepada setiap pendusta lagi banyak berdosa. يُّلْقُوْنَ السَّمْعَ وَاَكْثَرُهُمْ كٰذِبُوْنَ ۗ Yulqūnas-sama wa akṡaruhum kāżibūna. Mereka menyampaikan hasil pendengarannya, sedangkan kebanyakan mereka adalah para pendusta. وَالشُّعَرَاۤءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوٗنَ ۗ Wasy-syuarā'u yattabiuhumul-gāwūna. Para penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. اَلَمْ تَرَ اَنَّهُمْ فِيْ كُلِّ وَادٍ يَّهِيْمُوْنَ ۙ Alam tara annahum fī kulli wādiy yahīmūna. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka merambah setiap lembah kepalsuan وَاَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ ۙ Wa annahum yaqūlūna mā lā yafalūna. dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan-nya? اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَذَكَرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّانْتَصَرُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا ۗوَسَيَعْلَمُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اَيَّ مُنْقَلَبٍ يَّنْقَلِبُوْنَ ࣖ Illal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti wa żakarullāha kaṡīraw wantaṣarū mim badi mā ẓulimū, wa sayalamul-lażīna ẓalamū ayya munqalabiy yanqalibūna. Kecuali para penyair yang beriman, beramal saleh, banyak mengingat Allah, dan bangkit membela kebenaran setelah terzalimi. Orang-orang yang zalim kelak akan mengetahui ke mana mereka akan kembali. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 214. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika turun ayat, wa andzir asyiiratakal aqrabiin (dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) (Asy-Syuaraa: 214), Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian kepada keluarga terdekat. Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’ 214-216 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan” QS. Asy-Syua’ra’ 214-216 Memahami Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’Ayat 214-216. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk memberikan keterangan ajakan beriman kepada Allah Swt untuk kalangan keluarga dekatnya. Ayat ini mengajarkan kepada Rasulullah dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih/memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan, tidak ada kebal hukum, tidak terbebaskan dari kewajiban, dan tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan karena semua adalah hambah Allah Swt. Keluarga dekat dari yang terdekat kalipun, tidak boleh mengakibatkan seseorang yang beriman mengorbankan keimanannya demi karena keluarga. Memang akan ada di antara mereka yang tidak setuju dengan seruan dakwah, tetapi hendaklah tegar menghadapi mereka dan berpegang teguh pada petunjuk Allah Swt. Perintah melakukan dakwah kepada obyek dakwah mad’u yaitu keluarga sanak kerabat terdekat extended family. Keluarga kerabat inilah yang harus menjadi perhatian utama dalam berdakwah agar keimanan dan keislaman mereka terjaga sesuai tuntunan Allah Swt. Jadi, kita bisa melakukan dakwah di lingkungan keluarga dengan cara mengajak kebaikan dan mendidik untuk berbuat baik menurut tuntunan Islam. Orang tua mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan shalat dengan tertib dan baik, mengajarkan perilaku baik dalam kehidupan seharihari di rumah menurut Islam. Itu semua merupakan bagian dari kegiatan dakwah. Begitu juga bagi anak tertua atau yang usianya lebih dewasa mengajarkan kepada adik-adiknya untuk melakukan kebaikan sesuai ajaran Islam, itu juga bagian dari kegiatan dakwah. Termasuk juga siswa berdakwah di lingkungan sekolah kepada teman-temanya agar berbuat baik kepada guru, tertib ibadahnya dan lainnya. Selain itu, sangat ditekankan agar da’i pelaku dakwah memiliki sikap yang penuh rendah hati dan penuh perhatian kepada orang-orang mukmin yang mengikuti seruan dakwahnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tetap setia berada dalam jalan kebaikan dan tidak menjauhi dakwahnya. Ayat ini menyadarkan dan menguatkan kepada juru dakwah bahwa tidak semua orang mau mengikuti seruhan dakwah yang dilakukan. Jika ada orang yang mengingkari seruan dakwah, maka sang juru dakwah sudah terlepas tanggungjawabnya. Tugas pendakwah adalah menyampaikan ajaran Islam, sedangkan yang memberi hidayah petunjuk orang yang didakwahi itu mau menerima atau mengikuti seruhan, itu sudah menjadi hak Allah Swt. Karena itu, seorang dai tidak boleh membenci apalagi merasa sakit hati kepada orang yang tidak mau mengikutinya. Karena itulah, ayat ini memerintahkan untuk bertawakkal dan menyerahkan urusan itu kepada Allah Swt adalah untuk menguatkan hati optimisme da’i bahwa Allah Maha Perkasa. Betapapun keras hati kaum/masyarakat mad’u menentang seruan dakwah, namun kehendak Allah Swt tidaklah akan dapat mereka tentang. Jerih paya da’i dalam menyampaikan dakwah itu tidaklah akan dibiarkan Allah Swt hilang dengan percuma saja. Baca Juga Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 125 Tentang Kewajiban Berdakwah Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’Ayat 214-216 tentang kewajiban berdakwah. Kesimpulannya bahwa kita sebagai orang Islam untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin. RbGm7.
  • jnri3m2bag.pages.dev/302
  • jnri3m2bag.pages.dev/91
  • jnri3m2bag.pages.dev/409
  • jnri3m2bag.pages.dev/303
  • jnri3m2bag.pages.dev/305
  • jnri3m2bag.pages.dev/433
  • jnri3m2bag.pages.dev/109
  • jnri3m2bag.pages.dev/443
  • surah asy syu ara ayat 214 216 dan artinya