Secara umum, kejadian salah transfer dapat disebabkan oleh dua alasan, yakni kesalahan nasabah atau bank. Kesalahan bank dapat dilakukan oleh bank pengirim atau bank penerima. Kesalahan bank penerima dapat terjadi karena kekeliruan pengaksepan perintah transfer. Baca artikel sebelumnya Salah Transfer Uang ke Rekening, Bagaimana Aturannya?Lantas, apa langkah hukum yang dapat dilakukan bank apabila terjadi kesalahan dalam proses transfer dana? Dalam hal kesalahan transfer terjadi karena tindakan bank pengirim, maka Pasal 56 ayat 1 UU No 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana mengatur mekanisme bahwa kesalahan transfer jika dilakukan oleh bank pengirim, maka bank tersebut harus segera melakukan perbaikan dengan melakukan pembatalan atau perubahan dalam proses transaksi. Sementara apabila kesalahan dilakukan oleh bank penerima, maka Pasal 57 ayat 1 pada intinya mengatur bahwa dalam hal bank penerima melakukan kekeliruan pengaksepan perintah transfer sehingga pengaksepan dilakukan untuk kepentingan penerima yang tidak berhak, bank wajib melakukan koreksi atas kekeliruan pengaksepan dan melakukan tindakan pengaksepan untuk kepentingan penerima yang berhak. Selain itu, UU 3/2011 juga menegaskan bahwa konsekuensi hukum karena kerlambatan pihak bank melakukan perbaikan atas kekeliruan yang dilakukan dalam proses transfer dana, maka bank wajib membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepada penerima yang berhak. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa apabila kesalahan transfer disebabkan oleh bank, maka bank wajib segera melakukan tindakan pembatalan, perubahan, atau koreksi terhadap transaksi perbankan tersebut. Keterlambatan bank melakukan langkah tersebut berakibat pada sanksi hukum bagi bank.
ReadPaper. Edi Nasution MEMAHAMI PRAKTIK PENCUCIAN UANG HASIL KEJAHATAN Oleh: Edi Nasution PENGANTAR Pada masa sekarang sudah banyak orang yang tahu bahwa istilah money laundering (“pencucian uang”) dan dirty money (“uang kotor”) sangat erat sekali hubungannya. Keduanya, bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Jakarta - Kasus pembobolan rekening bank masih marak terjadi di Indonesia. Pelaku biasanya menggunakan teknik skimming atau penyalinan data dari kartu ATM dan kemudian dilakukan penarikan dana dari tempat menjadi korban skimming atau pembobolan rekening, apakah uang yang lenyap itu bisa kembali?Corporate secretary Bank Rakyat Indonesia BRI Bambang Tribaroto menjelaskan, jika ada nasabah yang menjadi korban skimming harus segera melaporkan adanya transaksi yang mencurigakan. Dia mengungkapkan, nantinya bank akan melakukan penggantian dana, artinya uang nasabah yang lenyap bisa kembali. Namun sesuai dengan syarat dan hasil penelusuran bank. "BRI akan melakukan penelusuran tindakan skimming. Setelah itu penggantian akan dilihat case per case," kata Bambang saat dihubungi detikFinance, Rabu 14/2/2018. Beberapa hari lalu di jejaring sosial Facebook viral nasabah BRI yang kehilangan uang secara misterius di rekeningnya sebesar Rp 18 juta. Postingan tersebut diunggah oleh Herlin Ibnu Khosyim dia menceritakan temannya Nita Yuliastuti yang uangnya raib dalam jumlah menjelaskan, skimming adalah tindak kejahatan yang menyerang perbankan dan terjadi tak hanya di Indonesia. Tapi juga di sejumlah negara dengan jaringan internasional."Ketika ada pembobolan rekening, selain nasabah, pihak bank pun turut menjadi korban. Reputasi akan kenyamanan dan tingkat keamanan yang terjaga menjadi turun di mata masyarakat," imbuh mengungkapkan, terkait laporan pengaduan Nita Yuliastuti BRI telah mengganti dana sebesar Rp pada 9 Februari 2018."Bank BRI juga telah menghubungi Ibu Nita Yuliastuti untuk menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf serta hasil penyelesaian pengaduannya," ujar dia. dna/dna- Sejak 1 Februari 2021, PT Bank Syariah Mandiri BSM, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRI Syariah Tbk BRIS telah melebur menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk BSI. Oleh karena itu, nasabah yang sebelumnya memiliki rekening di BRISyariah dan BNI Syariah harus melakukan pun diimbau berperan aktif dalam migrasi rekening. Namun, bagaimana jika nasabah tidak melakukan migrasi? Baca juga Nasabah Mandiri Syariah Tak Perlu Migrasi ke BSI, Bagaimana Prosedur Pindahnya? Penjelasan BSI Head of Corporate Communication PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Eko Nopiansyah, menjelaskan migrasi ini merupakan penyatuan sistem dari yang sebelumnya sistem 3 bank legacy jadi sistem BSI."Migrasi yang kita lakukan terutama dilakukan untuk nasabah eks BRISyariah dan BNI Syariah," kata Eko saat dihubungi Sabtu 8/5/2021. Proses integrasi operasional cabang, layanan, dan produk dilakukan mulai 15 Februari sampai 30 Oktober 2021. Dalam periode tersebut, nasabah secara bertahap akan dihubungi untuk melakukan migrasi ke Bank Syariah Indonesia. Pada periode tersebut, nasabah dapat menyampaikan informasi bila terdapat perubahan nomor telepon dan email. Harapannya pada 1 November 2021, sistem Bank Syariah Indonesia bisa terintegrasi. Baca juga Jadwal dan Cara Migrasi Rekening BRI Syariah dan BNI Syariah ke BSI
Bacajuga: Ini Peran 7 Tersangka Kasus Dugaan Penggelapan Premi Wanaartha Life. Selain itu, ia berharap anggota Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meloloskan laporan keuangan Wanaartha Life juga turut diperiksa. "Ada dugaan kelalaiannya sampai sebesar itu lolos, kok tidak dari dulu sampai sebesar itu," imbuh dia. JAKARTA, - Belakangan ramai diperbincangkan di media sosial terkait adanya nasabah PT Bank Mandiri persero Tbk yang kehilangan uang Rp 128 juta tanpa melakukan transaksi apapun di rekeningnya. Namun, pihak Bank Mandiri berdasarkan laporan dari call center nasabah merupakan korban kejahatan dengan modus penukaran kartu debit dan penguasaan PIN. Melihat kasus ini, Badan Perlindungan Konsumen Nasional BPKN memberikan beberapa tips apa saja yang bisa dilakukan nasabah sebagai konsumen bank jika mengalami masalah semacam juga Uang Rp 128 Juta Nasabah Bank Mandiri Raib, Apakah Masih Bisa Kembali? Pertama lapor ke call center bank, ajukan permintaan blokir, mendatangi langsung bank terdekat, membuat kronologi penggunaan kartu sebelum dan setelah kejadian untuk meminta klarifikasi pihak Perbankan. Kemudian, apabila pihak perbankan sudah menyatakan bahwa transaksi tersebut sah, maka nasabah bisa menempuh upaya lain seperti melaporkan ke lembaga terkait seperti BPKN, Otoritas Jasa Keuangan OJK atau kepolisian. "Bisa melaporkan. Dan harus melapor. Karena pihak bank pasti normatif," kata Wakil Ketua BPKN Mufti Mubarok kepada Senin 24/5/2021.Mufti mengatakan, jika ada laporan yang masuk ke BPKN akan ditindaklanjuti agar konsumen bisa mendapatkan kepastian hukum. Baca juga Alhamdulillah Uang Saya Sudah Kembali, Terima Kasih, Pak Polisi Sebelumnya diberitakan, nasabah Bank Mandiri bernama Asrizal Ashka 49 kehilangan dana sebesar Rp 128 juta. Peristiwa tersebut mulanya terjadi pada 6 Februari 2021 lalu. Namun, pemberitaan mengenai dana nasabah Bank Mandiri yang hilang tersebut baru ramai diberitakan beberapa waktu belakangan akibat sebuah utas di Twitter. Ketika dihubungi Asrizal mengatakan, sebelum ia melakukan transaksi dan menyadari uangnya raib, ia sempat melakukan pengecekan saldo di hari yang sama, yakni pada Jumat 6/2/2021 lalu. Saat itu, saldo di rekeningnya masih utuh, yakni sebesar Rp 128 juta. Ketika ia akan melakukan pengambilan uang secara tunai di ATM di wilayah Blok M Square, ternyata saldo di rekeningnya tinggal Rp 0. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. WI6UGjY.